Dari teori menuju aksi.....dari aksi menuju kedamaian sejati...!!!

Senin, 27 Juni 2011

KENAPA FIKIH HARAKAH ?

( Ringkasan dari buku fikih harakah, Gamal Mazhi )

Apa sebenarnya manfaat dari sikap saling membenci satu sama lain ? apa pula manfaat saling mendengki, berselisih, bertengkar, dan bermusuhan satu sama lain ? Apa sebenarnya manfaat ilmu pengetahuan yang tinggi namun selalu menghindarkan diri dari masyarakat ? bahkan tak jarang mereka memerangi dan menyakiti sesama manusia dengan dalih agama, padahal agama benar-benar tidak bertanggung jawab atas segala ulah mereka.
Kehidupan yang dikehendaki agama adalah kehidupan yang bersih, suci, aman, tenteram, dan sentosa. Inilah yag dicontohkan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan umat. Beliau membimbing umatnya agar memiliki cara dan sarana dakwah yang tepat guna dalam rangka menggapai kehidupan yang luhur dan bermartabat. Sungguh pedoman unggul yang bisa mengalahkan segala hukum yang pernah ada di bumi.
Pengabdian dalam masyarakat jelas memiliki tujuan yang besar, yaitu guna meraih kemaslahatan seorang individu dan juga masyarakat. Secara umum prinsip kemaslahatan yang harus dipegang setiap individu itu diantaranya sebagai berikut :

1. Al-akhlak al-karimah
Inilah kisah ummu Qais bin muhson. Ia membawa bayinya yang masih kecil dan belim mendapatkan makanan saat berkunjung kerumah baginda Rasulullah SAW, beliau lantas meraih bayi itu ke pangkuannya dan membawanya ke kamar beliau. Sang bayi ternyata mengencingi baju beliau, beliau pun meminta diambilkan air, mengelap tanpa mencucinya ( H.R. Imam Bukhari )
Apakah Ummu Qais sengaja membawa anaknya agar berbuat demikian ? Nabi justru tampak gembira dengan menggendong si bayi, beliau tidak ingin menyakiti perasaan ibunya. Beliau tidak marah, benci, atau ribut meminta agar bajunya segera di cuci. Beliau hjuga tidak mengharapkan permohonan maaf dari ibu sang bayi. Demi Allah SWT beliau tidak meminta apapun selain air untuk mengelap bajunya saja. Beliau tidak menuntut apapun selain itu!
Betapa peristiwa itu sangat berpengaruh pada diri Ummu Qais. Kekaguman atas akhlak Nabi SAW saat memperlakukan anaknya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang begitu menghunjam. Inilah yang menjadi salah satu dasar fikih harakah, bahkan kejadian ini menjadi contoh kasus dalam fikih seputar membasuh baju bekas kencing bayi yang masih menyusui!

2. Meringankan kesulitan orang lain
Imam bukhari meriwayatkan hadist dari Aisyah r.a. yang mengisahkan,” seorang sahabat menemui Nabi SAW saat beliau berada di masjid, ia berkata ‘ aku telah terbakar ‘
Beliau bertanya ‘apa gerangan yang terjadi ?’
Ia berkata kepadanya, ‘aku telah bersetubuh dengan istriku pada bulan ramadhan.’
Beliau berkata padanya, ‘bersedekahlah!’
Ia menjawab, ‘Aku tidak memiliki apapun’ lantas ia duduk.
Tiba – tiba datang seseorang mengendarai keledai membawa makanan untuk Nabi saw, kemudian beliau bersabda, ‘mana orang ang terbakar itu?’
Ia menjawab, ‘saya wahai Rasul !!’
Beliau berkata, ‘ambillah ini dan bersedekahlah!’
Ia bertanya, ‘adakah orang yang lebih membutuhkan dari pada aku ?justru keluargaku tidak memiliki makanan sedikitpun!’
Nabi pun bersabda, ‘makanlah oleh kalia’

Kesulitan yang sering dialami seseorang bisa membuat dirinya mengorbankan hidupnya. Disinilah anda harus merasakan kesulitan dan penderitaan orang lain. Dari hadis diatas apakah Nabi saw berhenti sekedar memberikan jawaban dan fatwa begitu saja lalu selesai urusan ? betapa bijaksana teladan pergaulan yang beliau contohkan pada kita. Beliau tidak saja mendengarkan kesulitan orang lain, tetapi juga membantu mencari jalan keluarnya. Seolah beliau selalu ingin memberikan apa yang dimiliki untuk meringankan beban orang lain.

3. Mau menimba pengalaman dari orang lain
Yang membedakan seorang manusia dengan yang lainnya tiada lain pengalaman dan wawasannya. Orang shaleh akan selalu menjadikan pengabdian di tengah masyarakat sebagai upaya perbaikan diri dan menimba pengalaman. Sebab, bagaimana pengalaman bisa diraih tanpa bergaul dengan orang lain ?
Inilah urwah bin zubair yang menghimpun pengalamannya dalam sebuah nasihat. Beliau berkata, ‘wahai anakku, jika kamu melihat seseorang berbuat baikdan terpuji berharaplah kalian bisa berbuat baik seperti dirinya sekalipun dalam pandangan orang lain dia jahat. Karena bagaimanapun dia masih punya saudara, dan apabila kamu melihat seseorang berbuat jahat tak terperikan waspadalah kalian dari gangguannya meskipun dalam pandangan orang lain dia baik. Setidaknya dia juga masih punya saudara.
Demikian juga ketika Zubair memberi nasihat kepada anaknya agar selalu mencintai orang lain. Beliau menasehati, ‘wahai anakku, tercatat dalam sunnah, Nabi saw; santunlah saat berbicara, berseri – serilah wajahmu, dan jadilah orang yang paling dicintaiorang lain dengan mencurahkan segala kemurahan pada mereka.’

4. Mengabdi kepada sesama
Nabi saw mengajarkan nilai luhur kepada sekalian umat manusia, bahwa mengabdi kepada sesama adalah lebih tinggi derajatnya sekedar pahala sunnat. Yang paling tinggi nilainya disini adalah ketaatan yang dilanjutkan dengan ibadah-ibadah sunat yang juga terdapat pahala besar di dalamnya.
Imam bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a yang menuturkan, ‘kami bersama Nabi saw disaat semua berlindung di balik pakaiannya (karena panasnya sengatan matahari dan tidak terdapat tempat berlindung baik rumah, pepohonan, dan sejenisnya)
Anas melanjutkan, ‘adapun orang-orang berpuasa tidak bisa berbuat apa-apa. Sementara mereka yang terpaksa berbuka mereka pergi menunaikan tugasnya.
Rasulullah saw bersabda. ‘mereka yang berbuka dan berangkat itu (tetap) mendapatkan pahala.’
Tentu saja meninggalkan ibadah sunat itu bukan karena malas, tetapi justru saat menghadapi suatu kesulitan, saat itu mengabdi pada sesama itu lebih utama.

5. mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Sungguh lenguhan tulus ini begitu panjang, samapi kapan kiranya kami bisa menikmati masyarakat yang hidup dalam keadilan hakiki ? inilah kisah syuraih sang jaksa saat anaknya menjadi jaminan bagi seorang terdakwa, jaminan itupun diterima. Namun kemudian si terdakwa melarikan diri dari pengadilan, syuraih pun lalu memenjarakan anaknya sebagai ganti dari terdakwa yang melarikan diri tersebut. Beliaulah sendiri yang langsung mengantarkan makanan anaknya itu ke penjara.
Sungguh menegakkan keadilan dalam masyarakat memang tidak akan tercapai kecuali dengan akhlak dan kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar