Dari teori menuju aksi.....dari aksi menuju kedamaian sejati...!!!

Senin, 25 Juli 2011

DONGENG KEDAMAIAN


Hari ini kita selalu dibuat ragu oleh media, dari apa yang kita lihat dan dengar, bahwa kehidupan memang telah menjadi begitu sempit dan rumit. Kehidupan ini di benak kita telah tervonis “ mati ”. Kita sesekali ingin lari dari ribuan masalah yang menghuni ruang kehidupan kita yang kosong namun tak pernah bisa, karena kehancuran itu telah menjadi kebiasaan kita, telah menjadi apa yang biasa kita makan, yang kita baca, sehingga mungkin kehancuran itu pun menjadi benar – benar adalah tempat tinggal kita.


Welcome to the jungle, kata guns ‘n roses. Inilah hutan belantara yang kejam itu. Hukum rimba memang telah berlaku disini. Entah pejabat, rakyat, ataupun para intelektual, kita semua adalah penghuni hutan belantara. Sistem yang selalu bekerja untuk memangsa yang lemah, menolong hanya untuk kepentingan priibadi dan golongan, kita menjadi ragu apa benar ketulusan itu memang ada ?
Kita telah menyesatkan diri kita dengan hanya mempercayai bahwa kebenaran hanya milik pribadi, kita telah membangun dinding – dinding tebal yang akan memisahkan kita dengan “ kelas “ sosial yang lebih rendah. Seperti itulah sistem yang kita pelihara agar kita tetap kenyang, kita bisa tidur dengan tenang.
Lalu apa yang dimaksud kedamaian ? atau benarkah kedamaian itu ada ?
Persepsi kita tentang kedamaian telah membuat kita menjadi takut, cemas akan hilangnya kemapanan yang selama ini kita rasakan. Sedangkan pada kenyataannya kedamaian ( tanpa perang dan perebutan ) adalah sebuah mitos. Kedamaian itu tak pernah ada. Setidaknya tidak ada untuk waktu yang lama.
Mari kita sisiri kenyataan ini. What is the peace ?
Banyak gerakan yang mengklaim bahwa dengan sistem yang ia buat kedamaian akan dicapai, namun sistem yang manakah yang mampu mempertahankan “ kedamaiannya “ ? komunis ? kapitalis ? fasis ? atau khilafah ?
Kedamaian sejatinya adalah nilai – nilai moral dalam diri kita sendiri, dan bukannya pada sistem. Kita terlalu naif memberikan hak solusi pada suatu sistem tanpa peduli dengan keadaan individu yang menggunakan sistem tersebut. Kenyataannya, sistem, sesuci apapun dia, akan selalu ada yang mengotorinya atau ada yang mencederainya dengan berusaha untuk menghancurkannya.
Kita lihat sejarah kekhilafahan. Tak bisa dipungkiri di dalamnya terdapat pergesekan, perebutan, dan kontra perdamaian. Namun bukan berarti kita bisa menyalahkan sistem, karena sistem memang tidak bertangggung jawab terhadap itu semua.
Sejarah komunisme, sosialisme atau kapitalisme, seburuk apapun kita melihatnya tidak akan pernah kosong dari para pendukung dan penentangnya, karena memang semuanya itu bukan kewenangan sebuah sistem yang menjadikannya diktator atau demokratis, melainkan semua itu adalah kewenangan manusia yang tidak suci, yang tidak luput dari kepentingan dan ambisi.
Itulah mengapa kedamaian itu ternyata tak lebih dari dongeng belaka. Dan sistem bukan alat untuk menyulap jahat menjadi baik, budak menjadi merdeka, ia hanya alat untuk mempertahankan nilai yang muncul dari individu – individunya.......oleh sebab itulah Nabi diawal kenabiannya tidak menciptakan sistem terlebih dahulu untuk menciptakan iman sekuat abu bakar, umar, ustman atau ali, ia tidak menciptakan sistem untuk membebaskan bilal dari perbudakan, padahal ia bersabda “ tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlaq “. Ia hanya mengajarkan aqidah, frame berfikir, ideologi......yang merubah cara berfikir dan bersikap.
Inilah yang sering dilupakan oleh kaum muslimin saat ini, ketika bangunan peradaban masa lalu telah menyilaukan mata yang memandang hingga lupa bahwa hal yang mendasari semua itu bukan hanya sebuah sistem yang telah jadi, bukan pula ilmu pengetahuan saja, melainkan sebuah cara berfikir yang berorientasi akhlaq, berorientasi ketuhanan atau “ al-manhaj ar-rabbani “.
Cara berfikir inilah yang merubah kebiasaan jahiliyah, menciptakan semangat untuk berbuat bukan hanya untuk kepentingan semata namun demi umat. Ia meninggikan harga diri, melompat jauh pada sebuah penemuan-penemuan dalam ilmu pengetahuan yang akan mengabdi hanya untuk rakyat. Dari umat, oleh umat dan untuk umat.
Dari sini kita bisa ambil kesimpulan bahwa perdamaian, peradaban bukan lahir karena suatu sistem, melainkan karena cara berfikir manusia penghuni peradaban tersebut. Dan kedamaian pun tidak berarti tanpa perang, karena kedamaian menuntut adanya upaya defensif, ketika kontra-perdamaian membuat ricuh, disanalah nantinya kita butuh pedang untuk membentengi kita dari cara-cara berfikir yang primitif yang akan menggerogoti bangunan perdaban, yaitu keegoan dan ketamakan.

Abu khalil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar